Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Johari Zein: Sukses Tanpa Suap

Nasihat Johari Zein: Sukses Tanpa Suap


Jiwa entrepreneur Johari Zein telah dipupuk sejak kanak-kanak. Ia dibesarkan di lingkungan pasar. Kakeknya seorang pembuat dan penjual roti yang tergolong sukses. Sepulang sekolah, hampir setiap hari Johari ke rumah sang kakek melihat barang mentah diolah menjadi barang jadi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih. Ayahnya seorang pedagang antar kota hingga ke negeri seberang, Singapura.

Tamat SMA, Johari melanjut­kan pendidikannya di Sekolah Tinggi Perhotelan dan Pariwisata Trisakti. Ia ingin cepat lulus dan dapat menghasilkan uang untuk membantu orangtuanya membiayai kakaknya kuliah di Kedokteran.

Lulus kuliah, lelaki kelahiran Medan ini bekerja di hotel bintang lima ternama di Jakarta. Berkat keuletannya, ia berhasil meraih posisi supervisor kurang dari tiga tahun dari posisi awal seorang kasir, auditor, dan kemudian supervisor. Tapi, ia tidak puas bekerja di sana karena perusahaan asing.

Johari kemudian bekerja di perusahaan pengiriman barang. Di tempat ini Johari mendapat banyak ilmu baru, bagaimana mengelola perusahaan kurir. Sekitar lima tahun bekerja, ia kembali keluar karena tempatnya bekerja juga dikelola asing.

Johari Zein, Pendiri JNE, Pengusaha Sukses Indonesia Asep Lukman 0821-1177-8165

“Kenapa kita harus memakai jasa perusahaan asing untuk melayani Indonesia, padahal yang kerja orang Indonesia juga. Sementara perusahaan kurir di Indonesia belum ada yang bisa diandalkan,” tanyanya.

Dengan modal dari orangtua, Johari mendirikan perusahaan pengiriman barang dengan nama Pronto. Karena belum memiliki pengelolaan uang yang baik, perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas. Di tengah-tengah kondisi itu, investor asing tertarik untuk membeli 60 persen saham perusahaan tersebut dan itu tiga kali lipat dari modal awal. Johari saat itu masih menjabat sebagai general manager (GM). Namun, lagi-lagi ia tidak puas karena berada di perusahaan asing, akhirnya ia kembali keluar kerja.

Mendengar kabar ini, Gideon Wiraseputra dari PT. Titipan Kilat (Tiki) menghubungi Johari untuk membuat usaha baru. Dengan keahlian yang mereka miliki, pada 1990 dibentuklah perusahaan Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) dengan visi menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan mutu dan kualitas kelas dunia.

Johari tak berhenti membangun perusahaan baru­nya. Berkat kegigihan dan usa­hanya, dari hari ke hari perusahaan yang ia pimpin mulai dikenal serta mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia.

Di tengah puncak karirnya, ia mengikuti pelatihan ESQ. Dia berharap dengan training ini akan membantu dan memberikan dampak positif bagi karir serta perusahaannya. Di luar dugaannya, ternyata training ESQ tidak hanya mengajarkan tentang kepemimpinan tetapi juga mengajarkan spiritualitas.

“Saya baru sadar ternyata ke­suksesan yang saya dapat itu dari Allah dan kita kecil di hadapannya,” ungkap alumni ESQ Eksekutif ang­katan 32 tahun 2005.

Usai training, Johari merasakan suatu pengalaman yang sangat dahsyat bahwa keangkuhannya telah runtuh. Dahulu ia menganggap segala keberhasilan yang didapatnya karena hasil kerja keras serta keuletannya semata dan ia selalu mendewakan harga diri.

“Subhanallah saya menemukan suatu perubahan dalam diri, dulu saya ingin dianggap, selalu mengejar jabatan atau status, sering tersinggung dan kecewa jika status itu tidak dapat saya gapai. Insya Allah penyakit itu sudah keluar semua dan di ESQ saya tersadar bahwa kita ini bukanlah apa-apa, karena Allah adalah Sang Maha Pencipta,” tandasnya.

Selesai training hari kedua, Johari langsung menelpon jajaran JNE untuk membersihkan segala penghasilannya dari rezeki yang berindikasi sogok-menyogok. “Kita harus mencari rezeki yang bersih baik dari niat maupun caranya,” jelas pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di JNE ini.

Peraih penghargaan ‘Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya’ dari Presiden RI ini kemudian mengumpulkan seluruh manager dan menetapkan untuk menghentikan semua kontrak melalui pemberian komisi yang tidak terbuka. “Di dunia bisnis sesungguhnya sering terjadi uang sogok­an atau uang komisi, itu semua untuk pelicin.”

Setelah dirinya memutuskan hal tersebut, hampir seluruh staf khususnya tim sales tidak bisa menerima keputusan tersebut. Mereka menganggap jika tidak ada sogok-menyogok maka JNE akan kehilangan banyak pelanggan. Ka­rena mendapat banyak peno­lak­an, Johari mencari akal bagai­mana agar para bawahannya me­ngerti dan memahami apa yang disampaikannya.

Johari pun mengikutkan karya­wannya training ESQ. Tahun 2006 mulai dari tingkat manager, 2007 supervisor dan kepala cabang, sedangkan dari 2008 hingga 2010 hampir seluruh karyawannya yang berjumlah 1.000 orang.

Setelah semua karyawan ikut ESQ, kebijakan tersebut mulai bisa berjalan. “Mereka akhirnya menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah dan Allah menginginkan hambaNya men­jalankan usaha dengan cara yang halal,” jelasnya.

Johari membuktikan bahwa tanpa suap usaha JNE tidak kehilangan pelanggan. Bahkan terus mening­kat dan hampir tiap tahun selalu tumbuh minimal 20 persen. Menu­rutnya, JNE bisa besar atas dasar kepercayaan, alangkah baiknya jika kepercayaan tersebut bisa dihayati dengan lebih baik sehingga tidak menyia-nyiakan amanat.

“Niat kita mentrainingkan kar­yawan tidak dilihat sebagai investasi. Kalau kita berpikir se­perti itu berarti kita berkiblat kepada dunia. ESQ mengajarkan kita untuk berkiblat kepada Allah karena segala sesuatu berasal dari Allah. Meskipun kita tidak mengharapkan uang itu kembali, tetapi Allah memberikan kembali dengan cara lain seperti kinerja karyawan yang semakin bagus.”

Menurut Johari, dari catatan personalia mengenai absensi kar­yawan ternyata ada perbaikan. Kasus indispliner seperti uang se­toran ‘dipinjam’ hampir tidak terjadi. Dari sisi kualitas dan produktifitas jauh lebih baik dari sebelumnya. Johari sebenarnya ti­dak menuntut itu dari mereka.

Ia hanya mendoakan dengan ESQ mereka menjadi manusia yang lebih baik. Sebelum 2000, peningkatan JNE hanya 10-15 persen. Usai training ESQ, peningkatan JNE lebih dari 20 persen per tahun dan tahun ini dirinya mencanangkan akan menaikkan penjualan dan kinerja sampai dengan 40 persen, karena hampir seluruh karyawan telah mengikuti ESQ. “Hal tersebut dihitung dari pendapatan JNE, jika dihitung lewat tonase akan jauh lebih besar lagi.”

Tahun 2000 JNE mena­ngani 300 ribu pengiriman tiap bulan, tahun 2009 700 ribu per bulan dan tahun ini ditargetkan satu juta per bulan. “Kita selalu mengingatkan dengan cara komunikasi dan mem­praktikkan tujuh nilai dasar JNE yang bersumber dari Tujuh Budi Utama ESQ yaitu dengan jujur, tanggung jawab, visioner, kerja sama, adil, peduli dan filosofinya efektif, efisien, fleksibel, dan se­imbang.” (jos/isw)

Sumber : ESQ News

Post a Comment for "Johari Zein: Sukses Tanpa Suap"